Alam pikir dan alam bumi Pamotan, beda dengan daerah Rembang lainnya. Bahkan
membandingkan Pamotan dengan daerah lainnya sejatinya tidak cukup sepadan. Karena
Pamotan telah memiliki daya tarik di atas rata-rata. Bumi dan manusianya
sama-sama memiliki nilai tawar dan kharisma.
Buminya penuh air karena terbangun dari rekahan kapur yang membentuk barisan
tandon air berlimpah ruah tanpa surut dalam bejana. Pamotan ibarat bumi yang
dijaga para dewa karena disinilah para peri kerab kali singgah untuk bermandi,
memandikan, dan membersihkan nafsu angkara murka.
Pun juga dengan manusianya, alam pikirnya tak mudah terpengaruh dengan
duka dan lara. Mereka lahir dan dilahirkan untuk menyaksikan harmoni alam penuh
cinta. Aliran darahnya mengikuti denyut mata air di serambi belakang rumahnya. Mimpinya
bulat dan semakin dekat tergapai seiring matangnya bulir-bulir padi di altar
sawah nan makmurnya.
Bumi Pamotan telah berdaulat penuh cinta. Bumi yang telah mencintai
semua yang bernyawa. Begitupun juga manusianya, selalu dan senantiasa mencintai
buminya.
Kharisma bumi Pamotan telah teruji kesetiaannya. Tak hanya sekarang,
bahkan sejak dahulu kala.
Mata kuasa silahkan silih berganti. Mulai kuasa Majapahit hingga
majamanis, hingga hengkangnya kekuasaan kuasanya, alam pikir dan alam bumi Pamotan
tetap berdiri tegak tanpa dendam membara.
Pamotan, bumi para dewa.
Bumi yang melahirkan para pemimpin yang penuh dengan cinta.
Pamotan, 19 Maret 2016
Belum ada tanggapan untuk "Pamotan, Bumi Para Dewa"
Post a Comment