Model pembelajaran kunjungan lapangan (Dokumentasi Pribadi, Januari 2017) |
Kali ini saya ingin berbagi pengamalan kecil tentang strategi
pembelajaran di kelas. Saya termasuk dari sekian pendamping siswa yang suka
memberi tugas produk saat pembelajaran di kelas. Kebiasaan saya ini didorong
dari keyakinan saya, bahwa sedikit apapun ilmu yang kita punya, harus
bermanfaat untuk masyarakat dan alam sekitarnya. Untuk mewujudkan hal di atas,
setiap pembelajaran di kelas, kerap kali saya menyederhanakan materi yang ada, lalu
saya tindak lanjuti dengan memberi tugas produk siswa.
Saat ini saya dan para siswa sedang belajar bersama tematik masyarakat
multukultural. Mata pelajaran sosiologi jurusan IPS kelas XI semester dua ini
memiliki banyak hal yang menarik. Pertama, materi ini memiliki sumber belajar
tanpa batas karena Indonesia adalah masyarakat multikultural. Kedua, pada kali
ini juga, di Indonesia sedang hangat-hangatnya isu tentang bagaimana merawat
keharmoniman bangsa di atas keragaman yang ada. Untuk itu, dalam mencapai
kompetensi inti dan kompetensi dasar, saya dan para siswa sepakat dalam
melangsungkan pembelajaran dengan pendekatan
kunjungan lapangan dan produksi video pendek.
Kunjungan lapangan
Kunjungan lapangan merupakan strategi klasik dalam pembelajaran. Model
pendekatan pembelajaran ini cenderung ditinggalkan seiring dengan kemajuan
teknologi pembelajaran. Walaupun di kelas, sebuah realitas sosial dapat
dihadirkan di kelas tanpa berkunjung langsung di lapangan. Namun model
pembelajaran berbasis teknologi tinggi ini lambat laut tidak menarik lagi. Hal
ini didorong adanya keinginan para siswa untuk eksis di media sosial untuk
mendapatkan suatu realitas sosial yang ada, kemudian di posting di media sosial
yang sedang trend. Melalui tren para siswa yang ada di media sosial inilah,
saya gunakan menjadi pintu masuk dalam hunting sumber belajar melalui
pendekatan kunjungan lapangan.
Bertepatan dengan materi yang sedang saya dalami dengan para siswa
adalah tematik masyarakat multikultural, maka mengunjungi pusat-pusat keragaman
adalah tantangan yang menarik untuk kami lakukan. Memang semua serba kebetulan.
Tidak jauh dari sekolah kami, terdapat pusat-pusat keragaman yang menarik kami
kunjungi. Ada Masjid, Vihara, Gereja, dan Klenteng. Minimal empat tempat suci menjadi
awal untuk belajar keragaman.
Berangkat dari potensi sumber belajar tersebut, saya dan para siswa
sepatkat melakukan kunjungan lapangan dalam rangka pembelajaran dalam memahami
materi masyarakat multikultural. Seiring dengan keingin tahuan siswa pada slah
satu tempat suci yaitu Vihara, maka saya manfaatkan keinginan tersebut dengan
mendatangi Vihara Ratanavana Arama
tepatnya di desa Sendangcoyo Lasem.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan yang kami lakukan adalah
sebagai berikut; Pertama, membaca materi masyarakat multikultural di
perpustakaan sekolah. Kedua, dikusi singkat tentang pendalaman materi tentang
keragaman umat beragama. Ketiga, memilih tempat kunjungan terdekat sebagai
sumber belajar di lapangan. Kali ini yang
terpilih mejadi tempat kunjungan pertama kami adalah Vihara. Keempat,
mengurus ijin kunjungan dengan mengirim surat ke lokasi tempat kunjungan.
Kelima, sembari menanti surat konformasi ijin, kami melakukan pendalaman
tentang apa yang akan kami lakukan melalui intrumen pembelajaran di lapangan.
Keenam, mengunjungi lokasi sumber belajar dengan panduan instrumen pembelajaran
lapangan serta panduan dari Nara Sumber Vihara.
Tepat seperti yang saya duga, ternyata model pendekatan pembelajaran
kunjungan lapangan sangat diminati oleh siswa. Sebagian besar para siswa
mengaku belum pernah tahu tentang apa saja isi di Vihara. Para siswa juga
mengaku belum tahu tentang bagaimana perilaku beribadah para umat di Vihara.
Inilah yang menurut saya sangat penting, dimana sebuah pembelajaran harus
memiliki daya tarik dari dalam, yaitu keingintahuan siswa itu sendiri.
Lebih dari itu, ternyata para siswa sangat kreatif dalam
mendokumentasikan dari apa saja yang ia temui di lapangan. Mereka sangat
antusias dengan mendengarkan dan bertanya terhadap apa yang dijelaskan oleh
Nara Sumber langsung dari lapangan.
Mereka para siswa juga sangat antusian dengan memfoto dan memvideo dari
apa yang dilihat. Mereka berbuat demikian, ternyata mereka ingin tampil beda di
media sosial. Mereka ingin pontingan di media sosialnya adalah hal yang
menarik, sesuatu yang baru yang belum banyak diketahui oleh teman-temannya.
Inilah yang mungkin perlu diketahui para pendamping belajar, bahwa mengidentifikasi
hal-hal yang disukai para siswa, untuk dijadikan pintu masuk dalam pembelajaran
adalah hal yang penting. Bukan sebaliknya, memaksakan kesukaan para pendamping
agar para siswa suka dan mengikutinya.
Dan tidak lama kemudian, usai pembelajaran kunjungan lapangan, para
siswa sangat aktif dalam menyebarkan informasi yang didapatkan. Foto dan video
dari proses kunjungan lapangan tersebar di media sosial. Mereka juga telah
tampil menjadi penjelas ketika beberapa teman medsos nya tentang hal foto dan
video yang dipostingnya. Dalam minggu ini, tugas kunjungan lapangan dalam
bentuk laporan kunjungan yang sesuai dengan instrumen kunjungan, dalam proses
penantian.
Dan tentu, dalam rangka memahami pemahaman secara utuh tentang
bagaimana kami harus perfikir, bersikap, dan bertindak ketika hidup
berdampingan dalam sebuah masyarakat yang beragam, dalam kesempatan
selanjutnya, saya dan para siswa akan segera mengunjungi pusat-pusat keragaman
yang ada tidak jauah dari sekolah kami berada.
Video pendek
Model pendekatan pembelajaran selanjutnya adalah produksi video pendek.
Video pendek merupakan karya atau produk pembelajaran yang berisikan tentang
pemikiran, sikap, sekaligus tindakan tentang bagaimana saya dan para siswa
memahami materi masyarakat multikultural. Sintag pembelajaran yang kami lakukan
cukup sederhana. Pertama, saya ajak para siswa berkunjung ke perpustakaan untuk
membaca materi masyarakat multikultural yang tersedia di buku teks. Kedua, para
siswa saya merangkum materi identitas sosial masyarakat Indonesia. Ketiga, saya
dan para siswa diskusi tentang bagaimana menggunakan materi yang ada (point
dua) agar bermanfaat untuk mengenalkan bahwa Indonesia itu sangat kaya dengan
keragaman yang ada. Keempat, para siswa saya tugasi membuat produk video pendek
durasi satu menit yang isinya mengenalkan keragaman masyarakat yang nantinya
menjadi pengingkat kepada kita semua bahwa keragaman yang ada harus menjadi
pengikat dari persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Model pembelajaran yang kedua ini masih dalam prosses, adapun
perkembangannya akan segera saya sampaikan. Namun secara singkat, model
pembelajaran ini juga sangat menantang. Karena model pembelajaran ini memadukan
antara pemahaman materi, empati, serta talenta dalam berperan di depan kamera.
Semoga apa yang saya lakukan ini, dapat menjadi koleksi untuk
alternatif bagaimana kita para pendamping belajar, bersama-sama dengan para
siswa, untuk tetap semangat dalam belajar. Mari kita bersama-sama berupaya untuk
menjadikan proses belajar di sekolah lebih menarik. Mari....!
Belum ada tanggapan untuk "Kunjungan Lapangan dan Video Pendek Diminati Para Siswa "
Post a Comment